PENYAKIT ANTHRAX
1.
Identifikaksi Peny. Anthrax
Adalah
penyakit bakteri akut biasanya mengenai kulit, sangat jarang mengenai
orofaring, mediastinum atau saluran pencernaan. Pada anthrax kulit rasa gatal
pada kulit yang terpajan adalah hal yang pertama kali terjadi, diikuti dengan
lesi yang berubah menjadi papulair, kemudian vesikulair dan selama 2 – 6 hari
berubah menjadi jaringan parut hitam. Jaringan parut ini biasanya dikelilingi
oleh bengkak ekstensif sedang, hingga berat. Kadangkala disertai dengan gelembung
kecil. Rasa sakit jarang muncul dan jika ada biasanya karena infeksi sekunder
atau bengkak. Kepala, dahi dan tangan merupakan tempat dimana infeksi biasa
muncul. Lesi ini kadang keliru dibedakan dengan Orf pada manusia (lihat
penyakit virus Orf). Infeksi yang tidak diobati bisa menyebar ke daerah
kelenjar limfe dan ke sistem peredaran darah dengan akibat terjadi septikemi.
Selaput otak bisa terkena. Anthrax kulit yang tidak diobati mempunyai angka
“case fatality” antara 5 % – 20 %, dengan terapi antibiotik yang efektif, hanya
terjadi sedikit kematian. Lesi berkembang berupa lesi yang sangat khas pada
kulit bahkan sesudah dimulainya terapi antibiotik.
Gejala
awal karena inhalasi anthrax mula-mula sangat ringan dan tidak spesifik
termasuk demam, malaise dan batuk ringan atau sakit dada. Kemudian muncul
gejala akut berupa gangguan pernapasan, gambaran sinar-x melebarnya
mediastinum; demam dan syok akan terjadi dalam 3 – 5 hari dan tidak lama
kemudian akan mengakibatkan kematian. Anthrax usus jarang terjadi dan lebih
sulit untuk dikenal terkecuali jika muncul sebagai KLB keracunan makanan,
dengan gejala berupa gangguan abdominal diikuti dengan demam, tanda-tanda
septikemi dan kematian pada kasus-kasus tertentu. Bentuk orofaringeal dari
penyakit primer pernah ditemukan.
Konfirmasi
laboratorium dibuat dengan ditemukannya organisme penyebab penyakit di dalam
darah, lesi atau discharge dengan pengecatan langsung Polikrom metilen biru
(M’Fadyean) atau dengan kultur atau dengan inokulasi dari tikus, marmoot atau kelinci.
Identifikasi
cepat dari organisme dengan menggunakan tes Imunodiagnostik, ELISA & PCR
mungkin hanya tersedia pada laboratorium rujukan tertentu
2.
Etiologi
da sifat – sifat penyakit anthrax
Penyebab penyakit Anthrax adalah
Bacillus anthracis. Pertama kali
ditemukan oleh DAVAINE dan BAYER tahun
1849. Selanjutnya dilakukan identifikasi oleh POLLENDER tahun 1855. Dua tahu setelah itu (1857) BRAVEL berhasil
memindahkan penyakit ini dengan cara
menginokulasikan darah hewan yang terkena
Anthrax. Pada tahun 1877 ROBERT KOCH dapat membuat biakan murni dari B. anthracis, membuktikan kemampuan bakteri tersebut membentuk spora serta mengenali lebih lanjut sifat-sifat bakteri tersebut.
Bakteri ini merupakan bakteri pertama
yang diketahui mampu menyebabkan
penyakit. Pada biakan agar koloni
terlihat mempunyai permukaan seperti
serpihan kaca atau “ground glass”. Pinggiran
koloni terlihat sebagai “Medussa”, oleh
karena pembentukan filament yang panjang
sehingga seakan-akan terlihat bagaikan
rambut yang panjang dan ikal dari DEWI YUNANI
MEDUSSA (LAY, 1992; GYLES and
THOEN, 1993; BISPING and AMTSBERG,Lokakarya Nasional Penyakit Zoonosis 132 1988). Bacillus anthracis merupakan bakteri berbentuk batang, ujung-ujungnya persegi dengan sudut-sudut yang tampak jelas, tersusun berderet sehingga tampak seperti
ruasruas bambu (BISPING and AMTSBERG, 1988) atau seperti bentuk mobil boks/”box car” (ANON, 2005). Bakteri ini membentuk spora, non motil, serta membentuk kapsul (MOCK and FOUET, 2001; ANON, 2005). Apabila kontak dengan oksigen maka dan mencapai fase eksponensial satu spora berbentuk bulat terletak di tengah terbentuk dari setiap sel vegetatif. Bakteri bersifat Gram positif, mempunyai ukuran 1-1,2 um X 3-5 um (GYLES and THOEN, 1993). Sifat-sifat biokimiawi dari bakteri ini adalah memfermentasi gula-gula: glukosa, levulosa, maltosa, sakarosa,
trehalosa dan dekstrin. Selain itu juga
mereduksi nitrat dan positif dengan uji
Voges-Proskaurer. Pada kondisi anaerob dan ada HCO3 sel-sel vegetatif membentuk kapsul. Kapsul ini dibentuk di dalam tubuh/in vivo. Secara genotipe dan fenotipe sangat mirip dengan Bacillus cereus (bakteri banyak ditemukan di tanah) dan
Bacillus thuringensis (bakteri patogen
pada larva Lepidooptera). Ketiga bakteri
ini mempunyai ukuran serta spora oval (HELGASON
et al., 2000; ANONIMUS, 2005). Spora
dapat terbentuk apabila bakteri kontak dengan
udara/oksigen. Tanah merupakan tempat
atau sumber alami bagi bakteri ini. Spora
ini sangat resisten dan dapat survive di tanah bertahun-tahun (DRAGON and
RENNIE, 1995; MERKA and PATOCKA, 2002),
juga dapat hidup pada rambut hewan,
wool, kulit atau bahan yang
terkontaminasi sehingga dapat menyebar
ke mana-mana. Bentuk spora mempunyai
resistensi tinggi, tahan terhadap panas
dan dingin. Spora ini bentuknya oval, terletak
di tengah dan tidak disertai oleh pembengkakan
sel. Pada pewarnaan Gram tidak tampak,
hanya merupakan bagian yang tidak
terwarnai/kosong. Hanya dengan pewarnaan
khusus (pewarnaan spora) terlihat dengan
jelas. Sporulasi terjadi pada keadaan banyak
oksigen dan berkurangnya unsur kalsium
(ANON, 1990). Bentuk spora tidak ditemukan
dalam jaringan maupun dalam arah.
3.
Masa
Inkubasi / masa penularan
Bacillus
anthracis, bakteri gram positif, berkapsul, membentuk spora, berbentuk batang
yang tidak bergerak.
a. Masa
inkubasi : Dari 1 – 7 hari. Walaupun masa inkubasi dapat mencapai 60 hari (di
Sverdlovsk masa inkubasi mencapai 43 hari).
b. Masa
penularan : Penularan dari orang ke orang sangat jarang. Barang dan tanah yang
terkontaminasi oleh spora bisa tetap infektif hingga puluhan tahun.
4.
Distribusi
kejadian :
Merupakan
penyakit utama herbivora, sedangkan manusia dan karnivora merupakan hospes
insidential. Infeksi anthrax pada manusia bersifat sporadis dan jarang terjadi
disebagian besar negara maju. Ia merupakan penyakit akibat kerja (occupational
disease) utama para pekerja yang memproses kulit, bulu (terutama kambing)
tulang, produk tulang dan wol, dokter hewan dan pekerja pertanian, pekerja yang
menangani binatang liar (wildlife) dan mengenai mereka yang menangani binatang
sakit. Anthrax pada manusia endemis di wilayah pertanian, dimana didaerah itu
kejadian anthrax pada binatang sangat umum ditemukan ; ini termasuk
negara-negara di Amerika Tengah dan Selatan, Bagian Selatan dan Timur, Asia,
Afrika. Munculnya daerah baru infeksi anthrax pada hewan ternak bisa terjadi
melalui import makanan ternak yang mengandung tulang yang terkontaminasi.
Kejadian bencana alam seperti banjir bisa memicu timbulnya epizootik. Antrhax
di anggap sebagai alat yang sangat potensial untuk bioterorisme dan
“biowarfare” (perang dengan menggunakan senjata biologis), pada saat terjadi
perang biologis, anthrax dapat muncul sebagai kejadian yang secara epidemiologis
sangat luar biasa.
5.
Reservoir
Infeksi
kulit terjadi melalui kontak dengan jaringan binatang (sapi, biri-biri,
kambing, kuda, babi dan sebagainya) yang mati karena sakit; mungkin juga karena
gigitan lalat yang hinggap pada binatang-binatang yang mati karena anthrax,
atau karena kontak dengan bulu yang terkontaminasi, wol, kulit atau produk yang
dibuat dari binatang-binatang ini seperti kendang, sikat atau karpet; atau
karena kontak dengan tanah yang terkontaminasi oleh hewan. Tanah dapat juga
tercemar anthrax karena dipupuk dengan limbah pakan ternak yang terbuat dari
tulang yang tercemar. Inhalasi spora anthrax dapat terjadi pada proses industri
yang berisiko, seperti pada waktu mewarnai kulit dan pada pemrosesan wol atau
tulang; dimana saat itu dapat terjadi percikan dari spora B. anthracis. Anthrax
usus dan orofaringeal muncul karena memakan daging terkontaminasi yang tidak
dimasak dengan baik; tidak ada bukti bahwa susu dari binatang terinfeksi dapat
menularkan anthrax. Penyakit menyebar diantara binatang pemakan rumput melalui
makanan dan tanah yang terkontaminasi; sedangkan penyebaran penyakit pada
omnivora dan karnivora melalui daging, tulang atau makanan lain dan penyebaran
pada binatang liar terjadi karena binatang tersebut makan bangkai yang terkontaminasi
anthrax. Infeksi tidak sengaja bisa terjadi pada petugas laboratorium.
Pada
Tahun 1979, telah terjadi KLB karena inhalasi anthrax di Yekaterinburg
(Sverdlovsk), Rusia, dimana pada waktu itu 66 orang tewas dan 11 orang lainnya
selamat. Di duga saat itu masih ada banyak kasus lain yang terjadi. Hasil
investigasi memperlihatkan bahwa kasus anthrax ini diduga berasal dari sebuah
institut penelitian biologi dan disimpulkan bahwa KLB terjadi karena percikan
yang tidak disengaja sebagai akibat kecelakaan kerja pada kegiatan penelitian
senjata biologis.
Bacillus
anthracis tidak berpindah langsung dan ternak satu ke ternak yang lain, tapi
biasanya masuk ke dalam tubuh ternak bersama makanan, perkakas kandang atau
tanah (rumput). Infeksi tanah inilah yang dianggap paling penting dan
berbahaya. Spora yang ada di dalam tanah bisa naik ke atas oleh pengolahan
tanah dan hinggap di rumput, yang kemudian dimakan ternak bersama sporanya.
Demikian juga spora itu bisa masuk ke dalam kulit, apabila hewan itu berada dan
tidur di tempat yang tercemar.
Spora ini akan tumbuh dan berbiak dalam jaringan tubuh dan menyebar ke seluruh tubuh mengikuti aliran darah. Ternak penderita penyakit anthrax dapat menulari ternak lain, melalui cairan (eksudat) yang keluar dan tubuhnya. Cairan ini kemudian mencemari tanah sekelilingnya dan dapat menjadi sumber untuk munculnya kembali wabah di masa berikutnya. Cara penularan lain, bila ternak penderita sampai dipotong/bedah atau kalau sudah mati sempat termakan burung liar pemakan bangkai, sehingga sporanya dapat mencemari tanah sekitarnya, serta menjadi sulit untuk menghilangkannya.
Hingga kini, para ahli tetap menyatakan penyebab penularan penyakit antraks adalah kuman Bacillus anthracis Di alam, bakteri antraks ni basanya ada dalam kondisi tidur. dan bersembunyi dalam tanah hingga mampu bertahan sampai 50-70 tahun. Bakteri yang tergolong bersel satu ini bisa terbangun kembali dan tidurnya ketika kondisi lingkungan sangat mendukung untuk menyebarkan penyakit pada hewan dan manusia.
Dengan kata lain, spora yang tinggal dalam tanah itu akan hidup kembali , bila tanah tempat ia tinggal tergenang air atau datang musim hujan. Kuman ini akan tumbuh kembali dan siap menyerang hewan yang ada di sekitarnya. Hebatnya lagi, kuman ini dapat terserap oleh akar tumbuh-tumbuhan, bahkan hingga dapat masuk ke dalam daun dan buah. Apa yang terjadi selanjutnya, kita bisa menebak bahwa akhirnya kuman mampu menginfeksi ternak maupun manusia yang mengonsumsinya.
Spora ini akan tumbuh dan berbiak dalam jaringan tubuh dan menyebar ke seluruh tubuh mengikuti aliran darah. Ternak penderita penyakit anthrax dapat menulari ternak lain, melalui cairan (eksudat) yang keluar dan tubuhnya. Cairan ini kemudian mencemari tanah sekelilingnya dan dapat menjadi sumber untuk munculnya kembali wabah di masa berikutnya. Cara penularan lain, bila ternak penderita sampai dipotong/bedah atau kalau sudah mati sempat termakan burung liar pemakan bangkai, sehingga sporanya dapat mencemari tanah sekitarnya, serta menjadi sulit untuk menghilangkannya.
Hingga kini, para ahli tetap menyatakan penyebab penularan penyakit antraks adalah kuman Bacillus anthracis Di alam, bakteri antraks ni basanya ada dalam kondisi tidur. dan bersembunyi dalam tanah hingga mampu bertahan sampai 50-70 tahun. Bakteri yang tergolong bersel satu ini bisa terbangun kembali dan tidurnya ketika kondisi lingkungan sangat mendukung untuk menyebarkan penyakit pada hewan dan manusia.
Dengan kata lain, spora yang tinggal dalam tanah itu akan hidup kembali , bila tanah tempat ia tinggal tergenang air atau datang musim hujan. Kuman ini akan tumbuh kembali dan siap menyerang hewan yang ada di sekitarnya. Hebatnya lagi, kuman ini dapat terserap oleh akar tumbuh-tumbuhan, bahkan hingga dapat masuk ke dalam daun dan buah. Apa yang terjadi selanjutnya, kita bisa menebak bahwa akhirnya kuman mampu menginfeksi ternak maupun manusia yang mengonsumsinya.
Sumber
infeksi lainnya ialah bangkai tenak pengindap antraks. Pada kondisi ini,
miliaran Bacillus anthracis bisa memadat di darah dan organ-organ dalam ternak.
Bahkan keterangan lain meriyebutkan bahwa disinyalir di seluruh bangkai hewan
tersebut dianggap mengandung kuman penyakit antraks.
Dalam
satu milimeter darah, setidaknya mengandung satu miliar kuman antraks. Bila
kuman itu berinteraksi dengan oksigen, ia dapat segera mengubah diri dalam
bentuk spora. Bila kondismnya demikian, dipercaya kuman ini memiki daya tahan
tubuh yang lebih kebal dari sebelumnya. Kuman-kuman dalam bentuk spora inilah
yang dapat hidup hingga 70 tahun lamanya.
Pintu masuknya penyakit antraks
pada hewan, umumnya bisa melalui saluran pencernaan hewan, kontak kulit dan
terhirup masuk melalui saluran pernapasan. Sedangkan pada manusia, selain bisa
menular melalul kontak atau mengonsumsi daging hewan ternak yang terkena
antraks, penularan antarmanusia bisa terjadi melalui udara yang tercemar spora
antraks dan masuk ke paru-paru manusia.
Dengan
kata lain, bakteri Bacillus anthracis akan bersifat menghancurkan sel-sel
darah, baik pada hewan maupun manusia. Apabila gejala klinis sudah timbul,
biasanya dilkuti dengan kematian, baik pada hewan maupun manusia .Untuk itu,
orang yang mengonsumsi daging hewan terkena antraks akan sangat membahayakan.
Apalagi kondisi daging hewan tersebut tidak kita masak teriebih dahulu secara
sempurna.
Selain
itu, Bacillus anthracis juga membentuk spora sebagai bentuk resting cells.
Pembentukan spora akan terjadi apabila nutrisi esensial yang diperlukan tidak
memenuhi kebutuhan untuk pertumbuhan, prosesnya disebut sporulasi. Spora
berbentuk elips atau oval, letaknya sentral dengan diameter tidak lebih dari
diameter bakteri itu sendiri. Spora Bacillus anthracis ini tidak terbentuk pada
jaringan atau darah binatang yang hidup, spora tersebut tumbuh dengan baik di
tanah maupun pada jaringan hewan yang mati karena antraks.
Di sinilah keistimewaan bakteri ini, apabila keadaan lingkungan sekitar menjadi baik kembali atau nutrisi esensial telah terpenuhi, spora akan berubah kembali menjadi bentuk bakteri. Sporaispora ini dapat terus bertahan hidup selama puluhan tahun dikarenakan sulit dirusak atau mati oleh pemanasan atau bahan kimia tertentu, sehingga bakteri tersebut bersifat dormant, hidup tapi tak berkembang biak.
Di sinilah keistimewaan bakteri ini, apabila keadaan lingkungan sekitar menjadi baik kembali atau nutrisi esensial telah terpenuhi, spora akan berubah kembali menjadi bentuk bakteri. Sporaispora ini dapat terus bertahan hidup selama puluhan tahun dikarenakan sulit dirusak atau mati oleh pemanasan atau bahan kimia tertentu, sehingga bakteri tersebut bersifat dormant, hidup tapi tak berkembang biak.
7.
Kerentanan
dan Kekebalan
Timbulnya
kekebalan setelah infeksi tidak jelas; ada beberapa bukti dari infeksi yang
tidak manifest (‘inapparent”) diantara orang yang sering kontak dengan agen
penyebab penyakit; serangan ke dua dapat terjadi, tetapi jarang dilaporkan.
8.
Cara
pencegaha dan pengawasan
a. Pencegahan
;
Ø Berikan
imunisasi kepada orang dengan risiko tinggi dengan vaksin cell-free yang
disiapkan dari filtrat kultur yang mengandung antigen protektif (tersedia di AS
dari “Bioport corporation”, 3500 N. Martin Luther King, Jr. Boulevard, Lansing
MI 48909). Terbukti bahwa vaksin ini efektif mencegah anthrax kulit dan
pernapasan.; direkomendasikan untuk diberikan kepada petugas labororatorium
yang secara rutin bekerja dengan B. anthracis dan para pekerja yang menangani
bahan industri mentah yang potensial terkontaminasi. Vaksin ini juga dapat
digunakan untuk melindungi personil militer yang terpajan senjata perang
biologis.
Ø Beri
penyuluhan kepada para pekerja yang menangani bahan-bahan yang potensial terkontaminasi
anthrax sebagai penular anthrax, sebaiknya para pekerja menjaga kulit agar
tidak lecet dan menjaga kebersihan perorangan.
Ø Membersihkan
debu dan membuat ventilasi yang baik di tempat-tempat kerja pada industri
berbahaya; terutama yang menangani bahan mentah. Selalu melakukan supervisi
medis pada para pekerja dan melakukan perawatan spesifik pada luka dikulit.
Pekerja sebaiknya menggunakan baju pelindung dan tersedia fasilitas yang baik
untuk mencuci tangan dan pakaian dan mengganti sesudah kerja. Tempatkan ruang
makan jauh dari tempat kerja. Uap formaldehid digunakan untuk disinfeksi pabrik
tekstil yang terkontaminasi anthrax.
Ø Lakukan pencucian secara menyeluruh,
disinfeksi atau sterilkan bulu, wol dan tulang atau bagian dari tubuh binatang
lainnya yang akan dijadikan pakan ternak sebelum diproses.
Ø Kulit binatang yang terpajan anthrax jangan di
jual. Bangkai binatang yang terpajan anthrax jangan digunakan sebagai bahan
pakan ternak.
Ø Jika
dicurigai terkena anthrax, jangan melakukan nekropsi pada binatang tersebut.
Jika ingin mengambil sampel darah untuk kultur lakukan secara aseptis. Hindari
kontaminasi tempat pengambilan sampel. Jika nekrospi dilakukan dengan tidak
hati-hati, sterilkan seluruh bahan dan alat yang dipakai dengan otoklaf,
insinerator atau dilakukan disinfeksi dan fumigasi dengan bahan kimia.
Karena spora anthrax
bisa hidup selama berpuluh-puluh tahun jika bangkai dikubur, maka teknik
pemusnahan yang paling baik adalah membakar bangkai binatang tersebut dengan
suhu tinggi (insinerasi) di tempat binatang itu mati atau dengan mengangkut
bangkai tersebut ke tempat insenerator, hati-hati agar tidak terjadi
kontaminasi sepanjang jalan menuju insenerator. Jika cara ini tidak memungkinkan,
kuburlah dalam-dalam bangkai binatang itu di tempat binatang itu mati; jangan
dibakar di lapangan terbuka. Tanah yang terkontaminasi dengan bangkai atau
kotoran binatang didekontaminasi dengan lye 5% atau kalsium oksida anhydrous
(quicklime). Bangkai yang dikubur dalam-dalam sebaiknya di taburi dengan
quicklime.
Ø Awasi
dengan ketat buangan air limbah dari tempat yang menangani binatang-binatang
yang potensial terkontaminasi anthrax dan limbah dari pabrik yang menghasilkan
produk bulu, wol, tulang atau kulit yang mungkin terkontaminasi.
Ø Berikan
Imunisasi sedini mungkin dan lakukan imunisasi ulang setiap tahun kepada semua
hewan yang berisiko terkena anthrax. Obati hewan yang menunjukkan gejala
anthrax dengan penisilin atau tetrasiklin, berikan imunisasi sesudah terapi
dihentikan. Hewan ini sebaiknya tidak disembelih hingga beberapa bulan setelah
sembuh. Pengobatan sebagai pengganti imunisasi dapat diberikan kepada hewan
yang terpajan sumber infeksi, seperti terpajan dengan makanan ternak komersiil yang
terkontaminasi.
Pengawasan :
Ø Laporan
kepada instansi kesehatan setempat; kasus anthrax wajib dilaporkan di sebagian
besar negara bagian dan negara-negara lain di dunia, Kelas 2A (lihat tentang
pelaporan penyakit menular). Laporan kepada badan yang berwenang menangani
pertanian dan hewan ternak wajib dilakukan juga.
Walaupun
hanya ditemukan satu kasus anthrax pada manusia; terutama jenis pernafasan,
dianggap sebagai kejadian luar biasa sehingga harus dilaporkan segera kepada
pejabat yang berwenang di bidang kesehatan masyarakat dan kepada penegak hukum
sebagai bahan pertimbangan kemungkinan bahwa KLB ini bersumber dari kegiatan
terorisme.
Ø Isolasi
: untuk anthrax kulit dan pernapasan lakukan tindakan kewaspadaan standar
selama sakit. Dengan pemberian terapi antibiotik yang tepat lesi kulit bebas
dari bakteri dalam waktu 24 jam namun lesi ini tetap berkembang sesuai dengan
siklus yang sangat khas dari lesi anthrax yaitu adanya ulcerasi, pengelupasan
dan resolusi.
Ø Disinfeksi
serentak :
Disinfeksi
dilakukan terhadap discharge dari lesi dan terhadap alat-alat yang kontak
dengan tanah. Hipoklorit sangat baik dipakai untuk disinfeksi karena dapat
membunuh spora dan digunakan jika bahan yang akan didisinfeksi volumenya kecil
dan bahan tersebut tidak mudah korosif; hidrogen peroksida, asam perasetik dan
glutaraldehid bisa menjadi alternatif; formaldehid, etilen oksida dan iradiasi
kobalt juga sering digunakan. Memusnahkan spora dilakukan dengan sterilisasi
uap, otoklaf atau dibakar untuk meyakinkan bahwa spora tersebut betul-betul
telah musnah. Fumigasi dan disinfeksi kimia dapat digunakan untuk alat-alat
berharga. Lakukan pembersihan menyeluruh.
Ø Karantina
: tidak diperlukan.
Ø Imunisasi
kontak : tidak diperlukan.
Ø Investigasi
kontak dan sumber infeksi :
Lakukan
investigasi terhadap kemungkinan adanya riwayat seseorang terpajan dengan
binatang yang terinfeksi atau terpajan dengan produk dari binatang, dan lacak
tempat asalnya. Pada pabrik yang mengolah produk binatang, periksa apakah telah
dilakukan tindakan preventif yang tepat seperti yang dijelaskan pada 9A diatas,
Seperti dijelaskan pada 9B1 kemungkinan Anthrax bersumber dari kegiatan
bioterorisme tidak bisa dikesampingkan terutama untuk kasus anthrax pada
manusia, kasus-kasus tersebut sumber infeksinya tidak jelas.
Ø Pengobatan
spesifik; penisilin adalah obat pilihan untuk anthrax kulit dan diberikan
selama 5 – 7 hari. Tetrasiklin, eritromisin dan klorampenikol juga efektif.
Angkatan bersenjata Amerika merekomendasikan pemberian Ciprofloxacin parenteral
atau doksisiklin untuk anthrax pernapasan, lama pengobatan tidak dijelaskan
secara rinci.
\ PENYAKIT ANTHRAX
1.
Identifikaksi Peny. Anthrax
Adalah
penyakit bakteri akut biasanya mengenai kulit, sangat jarang mengenai
orofaring, mediastinum atau saluran pencernaan. Pada anthrax kulit rasa gatal
pada kulit yang terpajan adalah hal yang pertama kali terjadi, diikuti dengan
lesi yang berubah menjadi papulair, kemudian vesikulair dan selama 2 – 6 hari
berubah menjadi jaringan parut hitam. Jaringan parut ini biasanya dikelilingi
oleh bengkak ekstensif sedang, hingga berat. Kadangkala disertai dengan gelembung
kecil. Rasa sakit jarang muncul dan jika ada biasanya karena infeksi sekunder
atau bengkak. Kepala, dahi dan tangan merupakan tempat dimana infeksi biasa
muncul. Lesi ini kadang keliru dibedakan dengan Orf pada manusia (lihat
penyakit virus Orf). Infeksi yang tidak diobati bisa menyebar ke daerah
kelenjar limfe dan ke sistem peredaran darah dengan akibat terjadi septikemi.
Selaput otak bisa terkena. Anthrax kulit yang tidak diobati mempunyai angka
“case fatality” antara 5 % – 20 %, dengan terapi antibiotik yang efektif, hanya
terjadi sedikit kematian. Lesi berkembang berupa lesi yang sangat khas pada
kulit bahkan sesudah dimulainya terapi antibiotik.
Gejala
awal karena inhalasi anthrax mula-mula sangat ringan dan tidak spesifik
termasuk demam, malaise dan batuk ringan atau sakit dada. Kemudian muncul
gejala akut berupa gangguan pernapasan, gambaran sinar-x melebarnya
mediastinum; demam dan syok akan terjadi dalam 3 – 5 hari dan tidak lama
kemudian akan mengakibatkan kematian. Anthrax usus jarang terjadi dan lebih
sulit untuk dikenal terkecuali jika muncul sebagai KLB keracunan makanan,
dengan gejala berupa gangguan abdominal diikuti dengan demam, tanda-tanda
septikemi dan kematian pada kasus-kasus tertentu. Bentuk orofaringeal dari
penyakit primer pernah ditemukan.
Konfirmasi
laboratorium dibuat dengan ditemukannya organisme penyebab penyakit di dalam
darah, lesi atau discharge dengan pengecatan langsung Polikrom metilen biru
(M’Fadyean) atau dengan kultur atau dengan inokulasi dari tikus, marmoot atau kelinci.
Identifikasi
cepat dari organisme dengan menggunakan tes Imunodiagnostik, ELISA & PCR
mungkin hanya tersedia pada laboratorium rujukan tertentu
2.
Etiologi
da sifat – sifat penyakit anthrax
Penyebab penyakit Anthrax adalah
Bacillus anthracis. Pertama kali
ditemukan oleh DAVAINE dan BAYER tahun
1849. Selanjutnya dilakukan identifikasi oleh POLLENDER tahun 1855. Dua tahu setelah itu (1857) BRAVEL berhasil
memindahkan penyakit ini dengan cara
menginokulasikan darah hewan yang terkena
Anthrax. Pada tahun 1877 ROBERT KOCH dapat membuat biakan murni dari B. anthracis, membuktikan kemampuan bakteri tersebut membentuk spora serta mengenali lebih lanjut sifat-sifat bakteri tersebut.
Bakteri ini merupakan bakteri pertama
yang diketahui mampu menyebabkan
penyakit. Pada biakan agar koloni
terlihat mempunyai permukaan seperti
serpihan kaca atau “ground glass”. Pinggiran
koloni terlihat sebagai “Medussa”, oleh
karena pembentukan filament yang panjang
sehingga seakan-akan terlihat bagaikan
rambut yang panjang dan ikal dari DEWI YUNANI
MEDUSSA (LAY, 1992; GYLES and
THOEN, 1993; BISPING and AMTSBERG,Lokakarya Nasional Penyakit Zoonosis 132 1988). Bacillus anthracis merupakan bakteri berbentuk batang, ujung-ujungnya persegi dengan sudut-sudut yang tampak jelas, tersusun berderet sehingga tampak seperti
ruasruas bambu (BISPING and AMTSBERG, 1988) atau seperti bentuk mobil boks/”box car” (ANON, 2005). Bakteri ini membentuk spora, non motil, serta membentuk kapsul (MOCK and FOUET, 2001; ANON, 2005). Apabila kontak dengan oksigen maka dan mencapai fase eksponensial satu spora berbentuk bulat terletak di tengah terbentuk dari setiap sel vegetatif. Bakteri bersifat Gram positif, mempunyai ukuran 1-1,2 um X 3-5 um (GYLES and THOEN, 1993). Sifat-sifat biokimiawi dari bakteri ini adalah memfermentasi gula-gula: glukosa, levulosa, maltosa, sakarosa,
trehalosa dan dekstrin. Selain itu juga
mereduksi nitrat dan positif dengan uji
Voges-Proskaurer. Pada kondisi anaerob dan ada HCO3 sel-sel vegetatif membentuk kapsul. Kapsul ini dibentuk di dalam tubuh/in vivo. Secara genotipe dan fenotipe sangat mirip dengan Bacillus cereus (bakteri banyak ditemukan di tanah) dan
Bacillus thuringensis (bakteri patogen
pada larva Lepidooptera). Ketiga bakteri
ini mempunyai ukuran serta spora oval (HELGASON
et al., 2000; ANONIMUS, 2005). Spora
dapat terbentuk apabila bakteri kontak dengan
udara/oksigen. Tanah merupakan tempat
atau sumber alami bagi bakteri ini. Spora
ini sangat resisten dan dapat survive di tanah bertahun-tahun (DRAGON and
RENNIE, 1995; MERKA and PATOCKA, 2002),
juga dapat hidup pada rambut hewan,
wool, kulit atau bahan yang
terkontaminasi sehingga dapat menyebar
ke mana-mana. Bentuk spora mempunyai
resistensi tinggi, tahan terhadap panas
dan dingin. Spora ini bentuknya oval, terletak
di tengah dan tidak disertai oleh pembengkakan
sel. Pada pewarnaan Gram tidak tampak,
hanya merupakan bagian yang tidak
terwarnai/kosong. Hanya dengan pewarnaan
khusus (pewarnaan spora) terlihat dengan
jelas. Sporulasi terjadi pada keadaan banyak
oksigen dan berkurangnya unsur kalsium
(ANON, 1990). Bentuk spora tidak ditemukan
dalam jaringan maupun dalam arah.
3.
Masa
Inkubasi / masa penularan
Bacillus
anthracis, bakteri gram positif, berkapsul, membentuk spora, berbentuk batang
yang tidak bergerak.
a. Masa
inkubasi : Dari 1 – 7 hari. Walaupun masa inkubasi dapat mencapai 60 hari (di
Sverdlovsk masa inkubasi mencapai 43 hari).
b. Masa
penularan : Penularan dari orang ke orang sangat jarang. Barang dan tanah yang
terkontaminasi oleh spora bisa tetap infektif hingga puluhan tahun.
4.
Distribusi
kejadian :
Merupakan
penyakit utama herbivora, sedangkan manusia dan karnivora merupakan hospes
insidential. Infeksi anthrax pada manusia bersifat sporadis dan jarang terjadi
disebagian besar negara maju. Ia merupakan penyakit akibat kerja (occupational
disease) utama para pekerja yang memproses kulit, bulu (terutama kambing)
tulang, produk tulang dan wol, dokter hewan dan pekerja pertanian, pekerja yang
menangani binatang liar (wildlife) dan mengenai mereka yang menangani binatang
sakit. Anthrax pada manusia endemis di wilayah pertanian, dimana didaerah itu
kejadian anthrax pada binatang sangat umum ditemukan ; ini termasuk
negara-negara di Amerika Tengah dan Selatan, Bagian Selatan dan Timur, Asia,
Afrika. Munculnya daerah baru infeksi anthrax pada hewan ternak bisa terjadi
melalui import makanan ternak yang mengandung tulang yang terkontaminasi.
Kejadian bencana alam seperti banjir bisa memicu timbulnya epizootik. Antrhax
di anggap sebagai alat yang sangat potensial untuk bioterorisme dan
“biowarfare” (perang dengan menggunakan senjata biologis), pada saat terjadi
perang biologis, anthrax dapat muncul sebagai kejadian yang secara epidemiologis
sangat luar biasa.
5.
Reservoir
Infeksi
kulit terjadi melalui kontak dengan jaringan binatang (sapi, biri-biri,
kambing, kuda, babi dan sebagainya) yang mati karena sakit; mungkin juga karena
gigitan lalat yang hinggap pada binatang-binatang yang mati karena anthrax,
atau karena kontak dengan bulu yang terkontaminasi, wol, kulit atau produk yang
dibuat dari binatang-binatang ini seperti kendang, sikat atau karpet; atau
karena kontak dengan tanah yang terkontaminasi oleh hewan. Tanah dapat juga
tercemar anthrax karena dipupuk dengan limbah pakan ternak yang terbuat dari
tulang yang tercemar. Inhalasi spora anthrax dapat terjadi pada proses industri
yang berisiko, seperti pada waktu mewarnai kulit dan pada pemrosesan wol atau
tulang; dimana saat itu dapat terjadi percikan dari spora B. anthracis. Anthrax
usus dan orofaringeal muncul karena memakan daging terkontaminasi yang tidak
dimasak dengan baik; tidak ada bukti bahwa susu dari binatang terinfeksi dapat
menularkan anthrax. Penyakit menyebar diantara binatang pemakan rumput melalui
makanan dan tanah yang terkontaminasi; sedangkan penyebaran penyakit pada
omnivora dan karnivora melalui daging, tulang atau makanan lain dan penyebaran
pada binatang liar terjadi karena binatang tersebut makan bangkai yang terkontaminasi
anthrax. Infeksi tidak sengaja bisa terjadi pada petugas laboratorium.
Pada
Tahun 1979, telah terjadi KLB karena inhalasi anthrax di Yekaterinburg
(Sverdlovsk), Rusia, dimana pada waktu itu 66 orang tewas dan 11 orang lainnya
selamat. Di duga saat itu masih ada banyak kasus lain yang terjadi. Hasil
investigasi memperlihatkan bahwa kasus anthrax ini diduga berasal dari sebuah
institut penelitian biologi dan disimpulkan bahwa KLB terjadi karena percikan
yang tidak disengaja sebagai akibat kecelakaan kerja pada kegiatan penelitian
senjata biologis.
6.
Cara
penularan
Bacillus
anthracis tidak berpindah langsung dan ternak satu ke ternak yang lain, tapi
biasanya masuk ke dalam tubuh ternak bersama makanan, perkakas kandang atau
tanah (rumput). Infeksi tanah inilah yang dianggap paling penting dan
berbahaya. Spora yang ada di dalam tanah bisa naik ke atas oleh pengolahan
tanah dan hinggap di rumput, yang kemudian dimakan ternak bersama sporanya.
Demikian juga spora itu bisa masuk ke dalam kulit, apabila hewan itu berada dan
tidur di tempat yang tercemar.
Spora ini akan tumbuh dan berbiak dalam jaringan tubuh dan menyebar ke seluruh tubuh mengikuti aliran darah. Ternak penderita penyakit anthrax dapat menulari ternak lain, melalui cairan (eksudat) yang keluar dan tubuhnya. Cairan ini kemudian mencemari tanah sekelilingnya dan dapat menjadi sumber untuk munculnya kembali wabah di masa berikutnya. Cara penularan lain, bila ternak penderita sampai dipotong/bedah atau kalau sudah mati sempat termakan burung liar pemakan bangkai, sehingga sporanya dapat mencemari tanah sekitarnya, serta menjadi sulit untuk menghilangkannya.
Hingga kini, para ahli tetap menyatakan penyebab penularan penyakit antraks adalah kuman Bacillus anthracis Di alam, bakteri antraks ni basanya ada dalam kondisi tidur. dan bersembunyi dalam tanah hingga mampu bertahan sampai 50-70 tahun. Bakteri yang tergolong bersel satu ini bisa terbangun kembali dan tidurnya ketika kondisi lingkungan sangat mendukung untuk menyebarkan penyakit pada hewan dan manusia.
Dengan kata lain, spora yang tinggal dalam tanah itu akan hidup kembali , bila tanah tempat ia tinggal tergenang air atau datang musim hujan. Kuman ini akan tumbuh kembali dan siap menyerang hewan yang ada di sekitarnya. Hebatnya lagi, kuman ini dapat terserap oleh akar tumbuh-tumbuhan, bahkan hingga dapat masuk ke dalam daun dan buah. Apa yang terjadi selanjutnya, kita bisa menebak bahwa akhirnya kuman mampu menginfeksi ternak maupun manusia yang mengonsumsinya.
Spora ini akan tumbuh dan berbiak dalam jaringan tubuh dan menyebar ke seluruh tubuh mengikuti aliran darah. Ternak penderita penyakit anthrax dapat menulari ternak lain, melalui cairan (eksudat) yang keluar dan tubuhnya. Cairan ini kemudian mencemari tanah sekelilingnya dan dapat menjadi sumber untuk munculnya kembali wabah di masa berikutnya. Cara penularan lain, bila ternak penderita sampai dipotong/bedah atau kalau sudah mati sempat termakan burung liar pemakan bangkai, sehingga sporanya dapat mencemari tanah sekitarnya, serta menjadi sulit untuk menghilangkannya.
Hingga kini, para ahli tetap menyatakan penyebab penularan penyakit antraks adalah kuman Bacillus anthracis Di alam, bakteri antraks ni basanya ada dalam kondisi tidur. dan bersembunyi dalam tanah hingga mampu bertahan sampai 50-70 tahun. Bakteri yang tergolong bersel satu ini bisa terbangun kembali dan tidurnya ketika kondisi lingkungan sangat mendukung untuk menyebarkan penyakit pada hewan dan manusia.
Dengan kata lain, spora yang tinggal dalam tanah itu akan hidup kembali , bila tanah tempat ia tinggal tergenang air atau datang musim hujan. Kuman ini akan tumbuh kembali dan siap menyerang hewan yang ada di sekitarnya. Hebatnya lagi, kuman ini dapat terserap oleh akar tumbuh-tumbuhan, bahkan hingga dapat masuk ke dalam daun dan buah. Apa yang terjadi selanjutnya, kita bisa menebak bahwa akhirnya kuman mampu menginfeksi ternak maupun manusia yang mengonsumsinya.
Sumber
infeksi lainnya ialah bangkai tenak pengindap antraks. Pada kondisi ini,
miliaran Bacillus anthracis bisa memadat di darah dan organ-organ dalam ternak.
Bahkan keterangan lain meriyebutkan bahwa disinyalir di seluruh bangkai hewan
tersebut dianggap mengandung kuman penyakit antraks.
Dalam
satu milimeter darah, setidaknya mengandung satu miliar kuman antraks. Bila
kuman itu berinteraksi dengan oksigen, ia dapat segera mengubah diri dalam
bentuk spora. Bila kondismnya demikian, dipercaya kuman ini memiki daya tahan
tubuh yang lebih kebal dari sebelumnya. Kuman-kuman dalam bentuk spora inilah
yang dapat hidup hingga 70 tahun lamanya.
Pintu masuknya penyakit antraks
pada hewan, umumnya bisa melalui saluran pencernaan hewan, kontak kulit dan
terhirup masuk melalui saluran pernapasan. Sedangkan pada manusia, selain bisa
menular melalul kontak atau mengonsumsi daging hewan ternak yang terkena
antraks, penularan antarmanusia bisa terjadi melalui udara yang tercemar spora
antraks dan masuk ke paru-paru manusia.
Dengan
kata lain, bakteri Bacillus anthracis akan bersifat menghancurkan sel-sel
darah, baik pada hewan maupun manusia. Apabila gejala klinis sudah timbul,
biasanya dilkuti dengan kematian, baik pada hewan maupun manusia .Untuk itu,
orang yang mengonsumsi daging hewan terkena antraks akan sangat membahayakan.
Apalagi kondisi daging hewan tersebut tidak kita masak teriebih dahulu secara
sempurna.
Selain
itu, Bacillus anthracis juga membentuk spora sebagai bentuk resting cells.
Pembentukan spora akan terjadi apabila nutrisi esensial yang diperlukan tidak
memenuhi kebutuhan untuk pertumbuhan, prosesnya disebut sporulasi. Spora
berbentuk elips atau oval, letaknya sentral dengan diameter tidak lebih dari
diameter bakteri itu sendiri. Spora Bacillus anthracis ini tidak terbentuk pada
jaringan atau darah binatang yang hidup, spora tersebut tumbuh dengan baik di
tanah maupun pada jaringan hewan yang mati karena antraks.
Di sinilah keistimewaan bakteri ini, apabila keadaan lingkungan sekitar menjadi baik kembali atau nutrisi esensial telah terpenuhi, spora akan berubah kembali menjadi bentuk bakteri. Sporaispora ini dapat terus bertahan hidup selama puluhan tahun dikarenakan sulit dirusak atau mati oleh pemanasan atau bahan kimia tertentu, sehingga bakteri tersebut bersifat dormant, hidup tapi tak berkembang biak.
Di sinilah keistimewaan bakteri ini, apabila keadaan lingkungan sekitar menjadi baik kembali atau nutrisi esensial telah terpenuhi, spora akan berubah kembali menjadi bentuk bakteri. Sporaispora ini dapat terus bertahan hidup selama puluhan tahun dikarenakan sulit dirusak atau mati oleh pemanasan atau bahan kimia tertentu, sehingga bakteri tersebut bersifat dormant, hidup tapi tak berkembang biak.
7.
Kerentanan
dan Kekebalan
Timbulnya
kekebalan setelah infeksi tidak jelas; ada beberapa bukti dari infeksi yang
tidak manifest (‘inapparent”) diantara orang yang sering kontak dengan agen
penyebab penyakit; serangan ke dua dapat terjadi, tetapi jarang dilaporkan.
8.
Cara
pencegaha dan pengawasan
a. Pencegahan
;
Ø Berikan
imunisasi kepada orang dengan risiko tinggi dengan vaksin cell-free yang
disiapkan dari filtrat kultur yang mengandung antigen protektif (tersedia di AS
dari “Bioport corporation”, 3500 N. Martin Luther King, Jr. Boulevard, Lansing
MI 48909). Terbukti bahwa vaksin ini efektif mencegah anthrax kulit dan
pernapasan.; direkomendasikan untuk diberikan kepada petugas labororatorium
yang secara rutin bekerja dengan B. anthracis dan para pekerja yang menangani
bahan industri mentah yang potensial terkontaminasi. Vaksin ini juga dapat
digunakan untuk melindungi personil militer yang terpajan senjata perang
biologis.
Ø Beri
penyuluhan kepada para pekerja yang menangani bahan-bahan yang potensial terkontaminasi
anthrax sebagai penular anthrax, sebaiknya para pekerja menjaga kulit agar
tidak lecet dan menjaga kebersihan perorangan.
Ø Membersihkan
debu dan membuat ventilasi yang baik di tempat-tempat kerja pada industri
berbahaya; terutama yang menangani bahan mentah. Selalu melakukan supervisi
medis pada para pekerja dan melakukan perawatan spesifik pada luka dikulit.
Pekerja sebaiknya menggunakan baju pelindung dan tersedia fasilitas yang baik
untuk mencuci tangan dan pakaian dan mengganti sesudah kerja. Tempatkan ruang
makan jauh dari tempat kerja. Uap formaldehid digunakan untuk disinfeksi pabrik
tekstil yang terkontaminasi anthrax.
Ø Lakukan pencucian secara menyeluruh,
disinfeksi atau sterilkan bulu, wol dan tulang atau bagian dari tubuh binatang
lainnya yang akan dijadikan pakan ternak sebelum diproses.
Ø Kulit binatang yang terpajan anthrax jangan di
jual. Bangkai binatang yang terpajan anthrax jangan digunakan sebagai bahan
pakan ternak.
Ø Jika
dicurigai terkena anthrax, jangan melakukan nekropsi pada binatang tersebut.
Jika ingin mengambil sampel darah untuk kultur lakukan secara aseptis. Hindari
kontaminasi tempat pengambilan sampel. Jika nekrospi dilakukan dengan tidak
hati-hati, sterilkan seluruh bahan dan alat yang dipakai dengan otoklaf,
insinerator atau dilakukan disinfeksi dan fumigasi dengan bahan kimia.
Karena spora anthrax
bisa hidup selama berpuluh-puluh tahun jika bangkai dikubur, maka teknik
pemusnahan yang paling baik adalah membakar bangkai binatang tersebut dengan
suhu tinggi (insinerasi) di tempat binatang itu mati atau dengan mengangkut
bangkai tersebut ke tempat insenerator, hati-hati agar tidak terjadi
kontaminasi sepanjang jalan menuju insenerator. Jika cara ini tidak memungkinkan,
kuburlah dalam-dalam bangkai binatang itu di tempat binatang itu mati; jangan
dibakar di lapangan terbuka. Tanah yang terkontaminasi dengan bangkai atau
kotoran binatang didekontaminasi dengan lye 5% atau kalsium oksida anhydrous
(quicklime). Bangkai yang dikubur dalam-dalam sebaiknya di taburi dengan
quicklime.
Ø Awasi
dengan ketat buangan air limbah dari tempat yang menangani binatang-binatang
yang potensial terkontaminasi anthrax dan limbah dari pabrik yang menghasilkan
produk bulu, wol, tulang atau kulit yang mungkin terkontaminasi.
Ø Berikan
Imunisasi sedini mungkin dan lakukan imunisasi ulang setiap tahun kepada semua
hewan yang berisiko terkena anthrax. Obati hewan yang menunjukkan gejala
anthrax dengan penisilin atau tetrasiklin, berikan imunisasi sesudah terapi
dihentikan. Hewan ini sebaiknya tidak disembelih hingga beberapa bulan setelah
sembuh. Pengobatan sebagai pengganti imunisasi dapat diberikan kepada hewan
yang terpajan sumber infeksi, seperti terpajan dengan makanan ternak komersiil yang
terkontaminasi.
Pengawasan :
Ø Laporan
kepada instansi kesehatan setempat; kasus anthrax wajib dilaporkan di sebagian
besar negara bagian dan negara-negara lain di dunia, Kelas 2A (lihat tentang
pelaporan penyakit menular). Laporan kepada badan yang berwenang menangani
pertanian dan hewan ternak wajib dilakukan juga.
Walaupun
hanya ditemukan satu kasus anthrax pada manusia; terutama jenis pernafasan,
dianggap sebagai kejadian luar biasa sehingga harus dilaporkan segera kepada
pejabat yang berwenang di bidang kesehatan masyarakat dan kepada penegak hukum
sebagai bahan pertimbangan kemungkinan bahwa KLB ini bersumber dari kegiatan
terorisme.
Ø Isolasi
: untuk anthrax kulit dan pernapasan lakukan tindakan kewaspadaan standar
selama sakit. Dengan pemberian terapi antibiotik yang tepat lesi kulit bebas
dari bakteri dalam waktu 24 jam namun lesi ini tetap berkembang sesuai dengan
siklus yang sangat khas dari lesi anthrax yaitu adanya ulcerasi, pengelupasan
dan resolusi.
Ø Disinfeksi
serentak :
Disinfeksi
dilakukan terhadap discharge dari lesi dan terhadap alat-alat yang kontak
dengan tanah. Hipoklorit sangat baik dipakai untuk disinfeksi karena dapat
membunuh spora dan digunakan jika bahan yang akan didisinfeksi volumenya kecil
dan bahan tersebut tidak mudah korosif; hidrogen peroksida, asam perasetik dan
glutaraldehid bisa menjadi alternatif; formaldehid, etilen oksida dan iradiasi
kobalt juga sering digunakan. Memusnahkan spora dilakukan dengan sterilisasi
uap, otoklaf atau dibakar untuk meyakinkan bahwa spora tersebut betul-betul
telah musnah. Fumigasi dan disinfeksi kimia dapat digunakan untuk alat-alat
berharga. Lakukan pembersihan menyeluruh.
Ø Karantina
: tidak diperlukan.
Ø Imunisasi
kontak : tidak diperlukan.
Ø Investigasi
kontak dan sumber infeksi :
Lakukan
investigasi terhadap kemungkinan adanya riwayat seseorang terpajan dengan
binatang yang terinfeksi atau terpajan dengan produk dari binatang, dan lacak
tempat asalnya. Pada pabrik yang mengolah produk binatang, periksa apakah telah
dilakukan tindakan preventif yang tepat seperti yang dijelaskan pada 9A diatas,
Seperti dijelaskan pada 9B1 kemungkinan Anthrax bersumber dari kegiatan
bioterorisme tidak bisa dikesampingkan terutama untuk kasus anthrax pada
manusia, kasus-kasus tersebut sumber infeksinya tidak jelas.
Ø Pengobatan
spesifik; penisilin adalah obat pilihan untuk anthrax kulit dan diberikan
selama 5 – 7 hari. Tetrasiklin, eritromisin dan klorampenikol juga efektif.
Angkatan bersenjata Amerika merekomendasikan pemberian Ciprofloxacin parenteral
atau doksisiklin untuk anthrax pernapasan, lama pengobatan tidak dijelaskan
secara rinci.
\
artikel yg bagus
BalasHapusMantap dan baik
BalasHapus